Tanya Ahli

Keracunan MBG: Bagaimana Panduan Mempersiapkan Menu Bergizi bagi Anak?

Ditulis oleh: Christina Holmes Diterbitkan pada 25 September 2025
Bacaan 5 menit

Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan dengan kasus keracunan MBG (Makan Bergizi Gratis) di berbagai daerah. Ratusan siswa dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, hingga harus dibawa ke fasilitas kesehatan. Dalam audiensi bersama Komisi IX DPR RI, pakar gizi dan anggota dewan menyoroti lemahnya standar kebersihan serta distribusi dalam program ini.

Wakil Ketua Komisi IX Charles Honoris bahkan mengingatkan, “Banyaknya kasus keracunan bisa membuat orang tua siswa trauma, BGN perlu mengevaluasi dapur yang ada, bukan malah memperbanyak dapur yang berpotensi menyebabkan murid keracunan.” Kekhawatiran ini wajar, karena gizi yang seharusnya menjadi solusi justru menimbulkan risiko baru.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa makanan “bergizi” tidak cukup hanya dihitung dari kandungan zatnya, melainkan juga dari aspek kebersihan, keamanan, dan cara pengolahan.

image.alt

Syarat Makanan Bergizi untuk Anak

Karbohidrat, Sumber Energi Utama

Karbohidrat menjadi sumber energi utama bagi anak, namun jenis karbohidrat yang dipilih harus tepat dan relevan dengan konteks lokal. Dalam program MBG, Dr. Tan Shot Yen mengkritik keras menu berbasis gandum seperti burger. Ia menegaskan, “Yang dibagi adalah burger, tidak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia.”

Menurutnya, pangan lokal seperti nasi, jagung, ubi, atau singkong jauh lebih sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi anak sekaligus menjaga identitas pangan bangsa.

Protein, Kunci Pertumbuhan dan Kekebalan

Protein penting untuk membangun jaringan, otot, dan sistem imun. Anak sebaiknya mendapatkan protein dari berbagai sumber, baik hewani seperti ikan, ayam, telur, maupun nabati seperti tahu dan tempe.

Lemak Sehat, Bahan Bakar Otak dan Hormon

Lemak tak jenuh dari alpukat, kacang, ikan laut, atau minyak zaitun mendukung fungsi otak, hormon, dan penyerapan vitamin.

Vitamin dan Mineral, Pendukung Sistem Imun Tubuh

Vitamin A, C, D, zat besi, kalsium, zinc, dan yodium berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh, perkembangan tulang, dan metabolisme.

Serat dan Antioksidan, Penjaga Pencernaan dan Perlindungan Sel

Serat dari sayur, buah, dan biji-bijian membantu pencernaan tetap lancar. Antioksidan dari buah berwarna dan sayur hijau melindungi sel dari kerusakan.

Aman dan Higienis

Bahan pangan harus bebas dari kontaminan, alat masak dan penyimpanan harus bersih, dan proses distribusi harus menjaga keamanan. Selain itu, orang tua juga perlu memahami bahwa tidak semua reaksi tubuh terhadap makanan adalah alergi.

Dr. Tan Shot Yen menjelaskan lebih lanjut, "Intoleransi beda dengan alergi. Alergi saat diberi langsung muntah, langsung diare, langsung mencret, langsung berak-berak. Tapi intoleransi itu ibaratnya seperti Anda punya mertua 3 bulan di rumah.Kalau dia baru datang 3 hari enggak apa-apa. It's ok. Tapi begitu mertua ini mulai 3 bulan, jadi yang disebut dengan exposure paparannya harus sering. Tiap hari minum susu lah jeder. Setelah sebulan 2 minggu mulai kembung, mencret.

Itu intoleransi. Jadi intoleransi beda dengan alergi."

Kutipan ini memperlihatkan betapa pentingnya membedakan alergi dengan intoleransi, karena dampaknya berbeda. Dalam program gizi anak, terutama yang melibatkan ribuan siswa seperti MBG, pemahaman ini sangat penting agar menu yang disajikan tidak menimbulkan risiko kesehatan.

Sedekat Mungkin dengan Bentuk Aslinya

Dr. Tan mengingatkan, “Makanan yang baik adalah yang semakin dekat dengan bentuk aslinya, kalau itu sayur harus kelihatan sayurnya, berwarna hijau, ada daunnya, buah juga sebaiknya dalam bentuk aslinya, bukan cairan berwarna dalam kardus.”

image.alt

Cara Persiapan Makanan yang Benar dan Aman

  1. Masak dengan cara lembut, seperti kukus, rebus, atau panggang, agar vitamin tetap terjaga.
  2. Potong bahan sesaat sebelum dimasak, supaya tidak kehilangan nutrisi akibat oksidasi.
  3. Rebus sayuran sebentar saja, agar tetap renyah dan bernutrisi.
  4. Hindari pemanasan ulang berulang, karena bisa merusak nutrisi dan memicu pertumbuhan bakteri.
  5. Perhatikan suhu penyajian dan penyimpanan makanan Dr. Tan Shot Yen mengingatkan bahwa suhu sangat krusial dalam menjaga keamanan pangan. Ia menegaskan bahwa makanan yang disalurkan sebaiknya dijaga agar tetap di atas 60 °C, karena rentang suhu antara 5 – 60 °C adalah zona bahaya yang mempermudah pertumbuhan mikroba. Dalam kaitannya merespon penyajian MBG, ia pun menegaskan, “Sediakan dapur yang benar di kantin sekolah, sediakan mobil dengan pemanas. Sehingga anak-anak ketika menerima makanan itu masih 75 derajat Celcius, tidak mendidih tapi masih bagus. Coba Anda cek, di belahan dunia mana ada food tray disusun dan diikat pakai tali rafia, hanya di Indonesia. Bahkan di India saja, mereka membagi langsung di dapur, makanan basah yang baru keluar dari panci.” Kutipan ini menekankan bahwa menjaga suhu bukan sekadar teknis, melainkan standar dasar agar makanan tetap aman, bersih, dan layak dikonsumsi anak.
  6. Sajikan sebagian segar, seperti buah potong atau lalapan sayur, agar vitamin sensitif panas tetap utuh.
  7. Jaga kebersihan dapur, pisahkan alat potong untuk daging dan sayur, pastikan daging matang sempurna, simpan sisa makanan di wadah tertutup.
  8. Libatkan anak, biarkan mereka ikut memilih, mencuci, atau menata makanan agar mereka merasa ikut memiliki dan lebih semangat makan.


Kasus keracunan MBG mengajarkan bahwa menyediakan makanan bergizi untuk anak tidak boleh hanya berhenti pada kata “gratis” atau “bergizi” di atas kertas. Keamanan pangan, kontrol mutu, dan keterlibatan keluarga adalah fondasi utama.

Bagi orang tua, mempersiapkan makanan di rumah bisa menjadi langkah kecil namun berdampak besar. Mulai dari membiasakan sayur segar di meja makan, menjaga kebersihan dapur, hingga mengajak anak memilih bahan pangan.

Seperti yang diingatkan Dr. Tan Shot Yen, “Tujuan dari makan bergizi bukan sekadar kenyang, tapi mendidik anak mengenal makanan yang baik untuk tubuhnya.” Dengan konsistensi, kita bisa memastikan anak tumbuh sehat, terhindar dari risiko keracunan, dan membawa kebiasaan makan sehat hingga dewasa.

Artikel Lainnya

Rekomendasi

Review Buku: I Am Me Series – Teman Anak dalam Proses Tumbuh Kembang

Inspirasi Liburan

5 Tips Membawa Anak ke Bioskop untuk Pertama Kalinya

Ide Stimulasi

Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Bikin Otak Anak Makin Cerdas

Inspirasi Liburan

Tips Umrah Mandiri bersama Anak: Perjalanan Iman dan Kebersamaan Keluarga

Rekomendasi

Sinopsis Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah: Refleksi Hubungan Ibu, Ayah, dan Anak

Inspirasi Liburan

Jelajahi Enchanting Valley: Destinasi Liburan Keluarga Seru di Bogor

Rekomendasi

Pelajaran Berharga untuk Pasangan Pejuang Garis Dua Lewat Film Lyora

Rekomendasi

9 Film Indonesia di Netflix yang Sarat Pesan Parenting dan Keluarga