
Pilihan Kontrasepsi untuk Pria
Jika membicarakan Keluarga Berencana (KB) sebagian besar masyarakat langsung mempersepsikan ini adalah program yang menyasar perempuan. Padahal tujuan dari KB adalah membentuk keluarga yang berkualitas. Yang artinya, membutuhkan keterlibatan dari suami dan istri. Persepsi merencanakan keluarga adalah bagian dari tanggung jawab istri yang kemudian menjadi salah satu penyebab mengapa angka akseptor pria di Indonesia masih rendah. Sebenarnya gagasan mengenai program KB pada pria sudah ada sejak tahun 1999. Tapi sampai saat ini angka akseptor KB pria masih rendah. Seperti dilansir dari VOA Indonesia, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, mengakui bahwa hanya lima persen laki-laki yang ikut program KB. “Masalah laki-laki soal mindset, di Indonesia ini secara public image yang ada di pemikiran keluarga, KB itu tugasnya perempuan. Ini yang harus selalu diubah. Seolah-olah pola pikirnya, KB dan kontrasepsi itu adalah perempuan.”
Hal lain yang juga berkaitan dengan mindset atau persepsi adalah kebanyakan orang khawatir kalau suami menjadi akseptor KB dengan melakukan vasektomi. “Karena mereka pendapatnya masih salah, kalau di vasektomi, vitalitasnya menurun dan istri khawatir kalau suaminya divasektomi. Pola pikir seperti ini yang masih mewarnai pemikiran-pemikiran,” jelas Hasto seraya menyebutkan angka vasektomi hanya 0,4 dari peserta akseptor KB. Sebenarnya selain vasektomi, apa sajakah pilihan kontrasepsi untuk pria?
Inilah Jenis Kontrasepsi untuk Pria
1. Kondom
Ini adalah alat kontrasepsi barrier atau penghalang masuknya sperma ke dalam vagina dan mencapai sel telur. Alat kontrasepsi ini tak hanya mencegah terjadinya kehamilan tapi juga melindungi dari penyakit menular seksual (PMS). Secara penggunaan, alat kontrasepsi mandiri ini sangat praktis digunakan serta mudah didapatkan dengan harga yang sangat terjangkau. Ini mengapa kondom sering juga disebut bersifat praktis dan protektif. Bagaimana dengan efektivitas kondom? Berdasarkan monika.bkkbn.go.id, situs aplikasi yang dibuat oleh BBKN untuk para dokter dan bidan yang telah dilatih sejak 2011-2016, disebutkan efektivitas kondom mencegah kehamilan adalah 85 persen, karena diperlukan penentuan ukuran yang pas serta cara pemakaian dan pelepasan yang benar. Adapun risiko kehamilan masih dapat terjadi yaitu sekitar 15 persen. Artinya, 15 dari 100 orang perempuan yang pasangannya menggunakan kondom saat berhubungan seksual, berisiko untuk hamil.
Apa saja yang harus diperhatikan untuk mengoptimalkan fungsi kondom sebagai pencegah kehamilan?
- Pastikan kondom belum kedaluwarsa dan kemasannya masih dalam keadaan baik.
- Berhati-hatilah ketika menggunakan kondom untuk mencegah robekan.
- Ada kemungkinan udara terperangkap pada ujung kondom. Jadi tekan ujungnya dengan telunjuk dan ibu jari.
- Kapankah kondom sebaiknya dipasang? Ketika penis ereksi dan sisakan sekitar 1 sentimeter pada ujung kondom yang tidak memiliki penampung sperma.
- Dan kapan sebaiknya kondom dilepas? Sesaat setelah ejakulasi dengan cara memegang bagian bawah kondom yang ada di bagian dasar penis, lalu lepaskan secara perlahan.
- Ikat pangkal kondom dan buanglah ke tempat sampah.
- Jika ingin menggunakan pelumas, pilihlah yang berbahan dasar air karena ini lebih efektif mendukung fungsi kondom ketimbang yang berbahan petroleum jelly.
2. Vasektomi
Ini adalah jenis kontrasepsi operatif permanen, sama seperti tubektomi pada perempuan. Vasektomi dilakukan melalui pembedahan untuk memotong serta mengikat kedua ujung saluran yang berfungsi sebagai penyalur sperma dari buah zakar. Alhasil sperma tidak bisa bercampur dengan air mani. Ini mengapa hubungan seksual tetap dapat dilakukan karena tidak akan menyebabkan impotensi atau gangguan ereksi. Sama seperti model kontrasepsi lainnya, pilihan melakukan vasektomi juga harus berdasarkan kesepakatan bersama. Apalagi tindakan vasektomi bersifat permanen. Adapun komplikasi yang bisa saja terjadi adalah pendarahan, infeksi serta rasa tidak nyaman. Dan setelah melakukan vasektomi, disarankan untuk memakai metode kontrasepsi lain selama 3 bulan pertama, untuk mengantisipasi adanya sisa-sisa sperma dalam cairan mani. Lantas, bagaimanakah efektivitas dari vasektomi? Situs monika.bkkbn.go.id menyebutkan efektivitasnya sangat tinggi yaitu 97 persen. Adapun risiko terjadinya kehamilan adalah 0,15 persen yang artinya kurang dari 1 orang dari 100 perempuan terjadi kehamilan yang pasangannya melakukan vasektomi.
3. Pantang Berkala
Metode ini merupakan kontrasepsi tradisional di mana tidak melakukan hubungan seksual saat perempuan sedang dalam masa subur atau saat terjadinya ovulasi. Artinya, yang menjadi kata kunci dari metode ini adalah perlu diketahui terlebih dahulu masa ovulasi dari pasangan. Adapun risiko terjadinya kehamilan pada metode kontrasepsi tradisional ini adalah 24 persen atau sekitar 24 orang dari 100 perempuan akan mengalami kehamilan. Jika dilihat dari sisi biaya, metode ini tidak memerlukan biaya hanya saja tingkat keberhasilannya lebih rendah dibanding kontrasepsi modern seperti kondom dan vasektomi.
Detail isi artikel
- Inilah Jenis Kontrasepsi untuk Pria
- 1. Kondom
- 2. Vasektomi
- 3. Pantang Berkala
Artikel Lainnya
Kesehatan Mental
Mengasuh Anak Tanpa Drama: Kenali Conscious Parenting ala Dr. Shefali
Hubungan
Lima Bahasa Cinta Anak yang Perlu Dipahami Orang Tua
Perencana Finansial
Ajarkan Anak Hidup Hemat Sejak Dini, Ini Trik Jitunya!
Kesehatan Mental
Menyusui Bebas Drama? Bisa!
Karier & Keuangan
Strategi WFH Sembari Mengasuh Balita
Perencana Finansial
Belajar Mengatur Keuangan dari Drakor
Hubungan
Pilihan Kontrasepsi untuk Pria
Hubungan
7 Rekomendasi Merek Pil KB yang Populer di Indonesia