Persiapan Keluarga Baru

Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Ditulis oleh: Diterbitkan pada 5 June 2025
Bacaan 6 menit
Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Menjadi seorang ibu adalah sebuah proses. Layaknya sebuah proses, maka dalam perjalanannya, ibu akan merasakan kebingungan, tidak percaya diri, dan yang paling sering adalah takut merasa gagal menjadi ibu yang sempurna. Karena itu bagi ibu muda, terutama di awal-awal pasca melahirkan perubahan peran serta rutinitas yang begitu cepat bisa jadi membuat mereka mengalami perasaan negatif, baby blues bahkan sampai depresi.

Cerita Nadia Mulya ketika alami baby blues.

Nadia Mulya bercerita ketika 14 tahun lalu melahirkan anak pertamanya, Nadine Andjanimulya Mudijana, ia sempat merasakan baby blues. Jika di awal-awal menjadi orang tua, auranya penuh rasa bahagia karena banyak teman serta keluarga yang datang mengunjungi. Tapi begitu masuk minggu kedua setelah melahirkan, ia mengaku ada banyak perasaan dan pikiran bergejolak di dalam diri.

Nadia yang sudah menulis 10 buku tentang parenting ini pun melanjutkan ceritanya. Sebagai orang yang gemar sekali membaca, semasa kehamilan anak pertamanya ketika itu, Nadia melahap banyak sekali buku tentang kehamilan, persalinan, dan pengasuhan anak. “Tapi terlalu banyak informasi yang dibaca akhirnya membuat diri selalu bertanya-tanya apakah anak kita sudah berada pada milestone yang benar.” Inilah yang kemudian membuatnya sering mempertanyakan apa yang dilakukan kepada anaknya. Puncaknya adalah, ketika anak pertamanya mengalami tersedak gumohnya sendiri. “Mukanya sempat agak biru ketika itu dan saya panik sendiri karena memang hanya saya yang ada di rumah. Sampai ketika suami serta orang tua sampai di rumah, saya langsung menangis sejadi-jadinya.” Peristiwa traumatik ini membuat Nadia sering kali meletakkan jarinya di depan hidung anaknya, terutama saat anaknya tertidur pulas, untuk memastikan kalau sang anak masih bernapas.

Beruntungnya Nadia, ia memiliki orang-orang tersayang yang selalu mendukung dia untuk menemukan solusi dari setiap tantangan yang dihadapinya. Selain dukungan suami dan keluarga, menurut Nadia, hal yang juga penting disadari para ibu agar cepat melalui fase baby blues pasca melahirkan adalah, jangan pernah mengabaikan pikiran-pikiran negatif yang terlintas di kepala. “Jangan hanya berpikir bahwa emosionalnya kita itu terjadi hanya karena kecapaian saja, padahal kalau tidak ditangani, baby blues bisa berbahaya tidak hanya bagi ibunya tapi juga bayinya.” Demikian Nadia membagikan ceritanya pada Parentstory Festival dengan topik Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya dan Cara Mengatasinya.

Inilah Ciri-ciri Postpartum Depression

Psikolog Putu Andani, M.Psi., Co-founder Tiga Generasi, menjelaskan rasa cemas, sedih, lelah, mudah tersinggung dan mood swing kerap dialami para ibu baru karena hamil, melahirkan, dan menyusui. Ini dikarenakan, peran yang tidak mudah dilakukan. “Plus, tidak pernah ada sekolah tentang menjadi ibu karena sebenarnya tidak ada seorang ibu yang lahir sudah dibekali untuk menjadi seorang ibu. Ketika seorang anak lahir, maka seorang ibu pun ikut lahir. Dan ketika anak itu tumbuh, maka ibunya pun ikut bertumbuh.”

image.alt

Sumber Foto : Baby Blues

Khusus untuk baby blues, menurut Putu adalah perasaan wajar yang muncul karena ibu dan bayinya sedang belajar beradaptasi. Apalagi, dua minggu pertama setelah bayi lahir, ibu pasti kelelahan yang kemudian membuat mereka jadi lebih sensitif. “Tapi kalau perasaan-perasaan ini tidak kunjung reda setelah 2 minggu atau malah semakin intens dirasakan, maka manifestasinya menjadi postpartum depression atau depresi pasca persalinan. Dan berikut merupakan ciri-ciri postpartum depression (PPD):

  • Merasakan depressed mood sepanjang hari. Ini ditandai dengan merasa sedih dan cemas dari pagi sampai malam tidak hilang-hilang.
  • Tidak ada rasa tertarik terhadap berbagai aktivitas sehari-hari. “Misalnya ketika merasa lelah, lalu ibu melakukan hal yang bisa membuatnya senang, seperti menonton atau pijat, tapi setelah itu tidak ada rasa bahagia yang muncul serta tidak berhasil mengembalikan mood positif kita.” Demikian Putu menjabarkan.
  • Mengalami pertambahan atau penurunan berat badan yang signifikan, yaitu lebih dari 5% dari berat badan per bulan. Memang bisa jadi karena menyusui para ibu kemudian mengonsumsi banyak makanan dengan harapan bisa menstimulasi produksi ASI. “Yang harus diwaspadai adalah, ketika penurunan berat badan terjadi sangat signifikan.”
  • Sulit tidur atau tidur terlalu panjang. Putu menyebutkan, ketika kelelahan, normalnya orang itu akan mudah sekali tidur. “Tapi pada PPD, yang terjadi justru kebalikannya.” Sedangkan untuk tidur terlalu panjang, Putu kemudian memberikan contoh, yaitu ibu tetap tidak terbangun ketika bayinya sudah menangis kencang dan tak henti.
  • Sering merasa resah dan gelisah.
  • Merasa dirinya tidak berharga atau merasa bersalah atas segala sesuatu yang dikerjakan. Misalnya, sambung Putu, saat pumping ternyata berkurang 20cc, lalu ibu diliputi rasa bersalah yang besar sekali.
  • Kehilangan energi hampir setiap hari.
  • Mulai muncul tindakan untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya. “Memang masih dalam bentuk pikiran, tapi ini bisa berkembang menjadi tindakan nyata kalau tidak segera ditangani,” tegas Putu.

Lantas, apa yang membedakan baby blues dengan postpartum depression? “Bedanya, baby blues adalah proses yang umum terjadi dan wajar dirasakan pada ibu yang baru melahirkan. Sedangkan PPD adalah, sebuah gangguan dan bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama,” ungkap Putu. Kata kuncinya ditegaskan Putu adalah, jika pikiran-pikiran negatif pasca melahirkan sudah terjadi lebih dari 2 minggu maka sebaiknya segera bertemu dengan psikolog atau psikiater.

Agar baby blues tidak berubah menjadi postpartum depression.

Membuat pikiran positif serta tubuh yang selalu bertenaga akan mengalihkan baby blues. Caranya, bisa dengan mengelilingi diri dengan orang-orang yang memberikan dampak positif kepada ibu. Lalu, ciptakan komunikasi yang terbuka dengan pasangan serta keluarga. “Sampaikan kepada orang terdekat bahwa ketika ibu mengalami baby blues atau postpartum depression jangan dikucilkan, tapi dibantu agar terbebas dari risiko ini.” Putu mengingatkan, penting bagi para ibu untuk menyadari apa saja yang menjadi pemicu hadirnya pikiran-pikiran negatif. Biasanya, ketika kita merasa terpuruk atau berada pada the lowest point, akan muncul suara kritik yang cenderung isinya adalah menyalahkan diri sendiri. “Terima dulu saja perasaan-perasaan ini. Lalu ingat juga kapan dan seperti apa suara kritik ini muncul,” ucapnya. Ia kemudian memberikan contoh saat bayi begitu kesulitan melekatkan mulutnya ke puting, biasanya para ibu akan langsung berpikir kalau dia adalah ibu yang gagal. Padahal masalah pelekatan saat menyusui ini bisa dipelajari.

Pentingnya mendeteksi kapan dan bagaimana suara kritik muncul menurut Putu bisa membuat ibu memahami betul kapan harus memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri. Fungsi dari afirmasi positif ini adalah untuk mengurangi intensitas hadirnya suara kritik tadi. “Bisa dilakukan pada waktu yang tenang atau dengan melakukan butterfly hug, yaitu memeluk diri sendiri seraya mengatakan ini semua adalah proses belajar.”

Hal lain yang bisa dilakukan untuk menjaga pikiran serta emosi positif pasca persalinan adalah, dengan mendengarkan lagu. “Pilihlah lagu yang bisa membuat ibu bersemangat. Jangan pasang lagu yang semakin membuat kita merasa terpuruk ketika sedang down.” Lalu lengkapi juga dengan memastikan makanan yang dikonsumi ibu adalah makanan yang bergizi dan memberikan dampak menenangkan. Dan jangan pernah takut untuk mengatakan pada diri kalau ibu butuh istirahat. “Agar bisa beristirahat, jangan ragu untuk mendelegasikan tugas. Ibu-ibu jarang sekali melakukan hal ini karena merasa semuanya adalah tanggung jawab dia.” Ketika ibu mendapatkan istirahat yang cukup, maka pemicu baby blues dan postpartum depression bisa ditekan. “Ingatlah bahwa kebahagiaan bayi adalah prioritas dan begitu juga kebahagiaan ibunya.”

Detail isi artikel

  • Cerita Nadia Mulya ketika alami baby blues.
  • Inilah Ciri-ciri Postpartum Depression
  • Agar baby blues tidak berubah menjadi postpartum depression.

Atikel Terkait

Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya, dan Cara Mengatasinya

IVF - Bayi Tabung

Yang Perlu Dipersiapkan Suami saat Jalani Program Bayi Tabung

Infeksi Saluran Kemih pada Bumil

Infeksi Saluran Kemih saat Hamil. Ini yang Perlu Diketahui!

Atikel Lainnya

Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya, dan Cara Mengatasinya

Persiapan Keluarga Baru

Postpartum Depression 101: Ciri, Tanda Bahaya, dan Cara Mengatasinya

IVF - Bayi Tabung

Fertilitas

Yang Perlu Dipersiapkan Suami saat Jalani Program Bayi Tabung

Infeksi Saluran Kemih pada Bumil

Persiapan Kehamilan

Infeksi Saluran Kemih saat Hamil. Ini yang Perlu Diketahui!

tips bebas panik jadi orang tua baru

Persiapan Keluarga Baru

Tips Bebas Panik Jadi Orang Tua Baru

Aturan Minum Pil KB

Persiapan Kehamilan

Aturan Minum Pil KB

11 Makanan yang Baik Dikonsumsi Usai Melahirkan

Persiapan Kehamilan

11 Makanan yang Baik Dikonsumsi Usai Melahirkan

Record of Youth

Persiapan Keluarga Baru

7 Ilmu Parenting Penting dari Drakor 'Record of Youth'

Mastitis pada Ibu Menyusui

Persiapan Kehamilan

Cara Mengatasi Mastitis pada Ibu Menyusui