Kanak-kanak

Parenting Zaman Now: Pelajaran Berharga dari Dr. Shefali untuk Orang tua

Ditulis oleh: Christina Holmes Diterbitkan pada 18 June 2025
Bacaan 4 menit

Menjadi orang tua adalah perjalanan penuh warna, tawa, tangis, dan rasa bangga yang menyelip di setiap hari. Dalam episode podcast bersama Deddy Corbuzier, Dr. Shefali Tsabary, psikolog klinis dan pionir conscious parenting, mengajak kita melihat bahwa pengasuhan sejati bukan soal mengatur anak, melainkan tumbuh bersama dalam cinta dan kesadaran. Percakapan mereka membuka mata, bahwa hubungan hangat lahir dari keberanian kita menjadi diri sendiri.


Bayangkan jika setiap interaksi dengan anak menjadi momen saling mengenal hati, bukan sekadar runutan perintah. Dr. Shefali menegaskan, “When you parent, it’s crucial you realize you aren’t raising a ‘mini‑me,’ but a spirit throbbing with its own signature.” Sebuah prinsip sederhana tapi mendalam, bahwa anak adalah jiwa unik, bukan bayangan kita.


Dalam percakapan tersebut, Dr. Shefali menyoroti pentingnya kesadaran diri dalam pengasuhan. Menjadi orang tua bukan sekadar mendidik anak agar patuh, tetapi menciptakan koneksi yang tulus dan membebaskan anak untuk menjadi dirinya sendiri. Orang tua perlu berhenti sejenak dari rutinitas untuk melihat ke dalam diri: sudahkah kita mengasuh dengan hati yang penuh kesadaran, atau sekadar mengulang pola lama yang tanpa sadar kita warisi?


Salah satu pesan utama Dr. Shefali adalah pentingnya membangun hubungan berbasis koneksi, bukan kontrol. Ketika orang tua terlalu fokus pada mengatur atau mendikte, anak bisa merasa tertekan dan menjauh. Sebaliknya, dengan mendengarkan dan menghargai emosi anak, hubungan yang hangat dan saling percaya dapat terjalin. Anak pun tumbuh menjadi pribadi yang lebih terbuka dan percaya diri.


Ego orang tua sering kali menjadi hambatan terbesar dalam proses ini. Dr. Shefali mengingatkan agar orang tua mengenali kapan ego mulai mendominasi pola asuh, entah itu berupa keinginan agar anak selalu menurut, rasa gengsi, atau ketakutan akan penilaian orang lain. Dengan menyadari dan menurunkan ego, orang tua dapat lebih hadir secara emosional dan membangun ikatan yang tulus dengan anak.


Komunikasi juga menjadi kunci utama dalam membangun hubungan sehat. Anak-anak, terutama di usia dini, butuh didengar secara emosional sebelum diajak berpikir logis. Validasi sederhana seperti, “Ibu/Ayah tahu kamu sedang sedih karena…” bisa membuat anak merasa dipahami. Setelah itu, mereka lebih siap untuk mendengarkan arahan atau solusi.


Tips Praktis Conscious Parenting untuk Orang tua


  • Tarik napas sebelum merespon. Saat emosi mulai naik, ambil jeda sejenak. Ini membantu Anda merespons dengan kepala dingin, bukan dengan marah.
  • Validasi perasaan anak. Ucapkan kalimat seperti, Ibu/Ayah paham kamu kecewa…” sebelum memberi nasihat.
  • Jujur tentang kelemahan diri. Jika Anda salah, minta maaf. Anak belajar bahwa orang dewasa pun bisa salah dan mau memperbaiki diri. misal, “Maaf ya karena ayah/ ibu marah tadi, karena..."
  • Luangkan waktu mendengar tanpa menyela. Biarkan anak bercerita hingga tuntas, meski hanya tentang hal kecil.
  • Libatkan anak dalam membuat aturan. Misalnya, saat menyusun jadwal belajar atau waktu bermain, agar anak merasa dihargai.
  • Buat ritual koneksi sederhana. Seperti membaca buku bersama sebelum tidur, atau obrolan ringan tiap malam.
  • Tulis jurnal emosi harian. Catat reaksi Anda setiap kali terjadi konflik, sebagai bahan refleksi.
  • Mulai dari satu langkah kecil hari ini. Misalnya, dengarkan tanpa menyela atau ucapkan kalimat validasi, dan rasakan bedanya dalam hubungan Anda dengan si kecil.

Dr. Shefali juga menekankan pentingnya memberi contoh pengelolaan emosi yang sehat. Orang tua yang berani mengakui kesalahan, meminta maaf, atau jujur saat merasa lelah akan menjadi teladan yang baik bagi anak. Anak belajar dari apa yang dilakukan orang tua, bukan hanya dari apa yang mereka dengar. Inilah salah satu cara paling efektif untuk mengajarkan kesehatan mental sejak dini.


Terakhir, disiplin bukan berarti hukuman, melainkan pembelajaran. “Being punitive doesn’t work,” tegas Dr. Shefali dalam podcast serupa . Orang tua bisa menetapkan batas dengan penuh kasih, jelaskan konsekuensi, libatkan anak dalam mencari solusi, dan tepiskan emosi negatif. Dalam pengasuhan yang sadar, disiplin adalah proses mengajarkan anak memahami konsekuensi dan belajar dari pengalaman. Orang tua diajak untuk menetapkan batas dengan penuh kasih, mendiskusikan solusi bersama anak, dan menahan diri dari respon yang penuh amarah. Dengan begitu, anak belajar bertanggung jawab tanpa merasa tertekan.

Artikel Lainnya

Kanak-kanak

Hari Pertama Sekolah: 15 Lagu Ceria untuk Menyemangati Si Kecil

Kanak-kanak

Konten Anomali di YouTube Anak: Bahaya Tersembunyi di Balik Layar

Kanak-kanak

Pentingnya Mengajarkan Anak untuk Menerima Kekalahan dengan Bijak

Zat Besi pada Anak

Balita

Kekurangan Zat Besi Pengaruhi Performa Kognitif Anak

Saat Anak Berbohong

Remaja

Saat Anak Mulai Berbohong, Apa yang Harus Dilakukan?

Gejala GERD pada Bayi

Kanak-kanak

Anak Sering Sakit Perut? Waspadai Gejala GERD!

Mengenal Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Anak

Kanak-kanak

Mengenal Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Anak

Panduan Gizi Untuk Mengatasi Masalah Berat Badan Si Kecil

Balita

Panduan Gizi untuk Mengatasi Masalah Berat Badan si Kecil