Kenali Perbedaan Alergi dengan Intoleransi pada Makanan

Beda Alergi dan Intoleransi Makanan

Beda Alergi dan Intoleransi Makanan

Berdasarkan penjelasan Dr. James Li, M.D., Ph.D., pakar spesialis asma dan alergi berlisensi di Amerika Serikat (AS), di mayoclinic.org, intoleransi makanan dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala yang sama dengan alergi makanan. Sehingga, orang sering bingung membedakan keduanya. James mengatakan, reaksi fisik terhadap makanan tertentu sering terjadi, tetapi sebagian besar disebabkan oleh intoleransi makanan dibandingkan alergi. Alergi makanan dapat menyebabkan reaksi sistem kekebalan yang memengaruhi banyak organ dalam tubuh. Gejalanya pun berbagai macam. Dalam beberapa kasus, menurut James, reaksi alergi pada makanan bisa parah atau mengancam jiwa. Sebaliknya, gejala intoleransi makanan umumnya kurang serius dan hanya terbatas pada masalah pencernaan. Perbedaan antara alergi makanan dan sensitivitas adalah respon tubuh. Ketika Anda memiliki alergi makanan, sistem kekebalan tubuh Anda menyebabkan reaksi. Jika Anda memiliki sensitivitas atau intoleransi makanan, reaksinya dipicu oleh sistem pencernaan.

Beda gejala alergi dan intoleransi makanan

Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh (yang biasanya melawan infeksi) melihat makanan sebagai penyerang. Hal ini mengarah pada reaksi alergi, respon dari sistem kekebalan tubuh dimana bahan kimia seperti histamin dilepaskan dalam tubuh. Reaksi tersebut dapat menyebabkan gejala seperti masalah pernapasan, sesak tenggorokan, suara serak, batuk, muntah, sakit perut, gatal-gatal, bengkak, penurunan tekanan darah, atau anafilaksis (syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat dan dapat mengancam jiwa). Sementara itu, intoleransi makanan berarti tubuh tidak dapat mencerna makanan yang dimakan dengan benar, atau makanan tertentu yang dapat mengiritasi sistem pencernaan. Gejala intoleransi makanan dapat meliputi mual, gas di perut, kembung, kram perut, sakit perut, diare, lekas marah, gugup, sakit kepala/pusing.

Intoleransi makanan

Intoleransi makanan lebih umum daripada alergi makanan, menurut British Allergy Foundation. Sherry Farzan, MD, ahli alergi dan imunologi di North Shore-LIJ Health System di Great Neck, New York, AS, mengungkapkan, sensitivitas atau intoleransi makanan tidak mengancam jiwa. Ia menjelaskan, bahwa ada intoleransi makanan yang tidak ‘dimediasi’ oleh kekebalan tubuh. Sebaliknya, intoleransi makanan disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memproses atau mencerna makanan.

Makanan memicu intoleransi pada saluran pencernaan Anda. Di sinilah tubuh Anda tak mampu memecahnya dengan benar, atau tubuh Anda bereaksi terhadap makanan yang sensitif bagi Anda. Misalnya, intoleransi laktosa adalah ketika tubuh Anda tidak dapat memecah laktosa, gula yang ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Dilansir dari healthline.com, Anda mungkin sensitif atau intoleran terhadap makanan karena beberapa alasan. Di antaranya karena:

  • Tidak memiliki enzim yang tepat, yang Anda butuhkan untuk mencerna makanan tertentu.
  • Reaksi terhadap bahan tambahan atau pengawet makanan seperti sulfit, MSG, atau pewarna buatan.
  • Faktor farmakologis, seperti sensitivitas terhadap kafein atau bahan kimia lainnya.
  • Sensitivitas terhadap gula secara alami ditemukan dalam makanan tertentu seperti bawang, brokoli, atau kecambah brussels.

Alergi makanan

Sistem kekebalan Anda merupakan pertahanan tubuh Anda terhadap ‘penyerbu’ seperti bakteri, jamur, atau virus common cold/flu. Anda memiliki alergi makanan ketika sistem kekebalan Anda mengidentifikasi protein yang terkandung pada makanan yang Anda konsumsi sebagai penyerang, dan bereaksi dengan memproduksi antibodi untuk melawannya. Sherry menjelaskan, bahwa alergi makanan merupakan reaksi yang dimediasi kekebalan tubuh terhadap makanan. Yang paling umum adalah reaksi yang diperantarai imunoglobulin E (IgE), yaitu antibodi alergi. Hal tersebut menyebabkan reaksi langsung ketika bahan kimia, seperti histamin dari sel mast, dilepaskan dalam tubuh.

Alergi makanan bisa berakibat fatal, tidak seperti intoleransi makanan. Dalam kasus yang ekstrem, menelan atau bahkan menyentuh sedikit alergen dapat menyebabkan reaksi yang parah. Delapan makanan penyumbang 90 persen dari reaksi alergi adalah susu, telur, ikan, kerang, kacang tanah, kacang pohon, gandum, dan kedelai. Orang yang memiliki alergi makanan harus menghindari makanan-makanan tersebut. Menurut Sherry, orang tua dan pengasuh dari anak yang memiliki alergi, perlu dilatih untuk mengatasi konsumsi makanan tersebut yang tak sengaja dimakan anak. Ada juga alergi makanan yang dimediasi non-IgE. Reaksi ini terjadi ketika bagian lain dari sistem kekebalan diaktifkan selain dari antibodi IgE. Gejala reaksi non-IgE biasanya tertunda, dan terjadi terutama di saluran pencernaan. Umumnya berupa muntah, diare, atau kembung. Secara umum jenis respon ini tidak mengancam jiwa.

Konsultasikan dengan dokter dan ketahui penanganannya

Jika Anda atau si kecil memiliki reaksi setelah makan makanan tertentu, temui dokter untuk menentukan apakah Anda dan anak Anda memiliki intoleransi makanan atau alergi makanan. Bila Anda memiliki alergi makanan, Anda mungkin berisiko mengalami reaksi alergi yang mengancam jiwa (anafilaksis) - bahkan jika reaksi yang pernah terjadi di masa lalu masuk dalam kategori ringan. Pelajari cara mengenali reaksi alergi parah dan ketahui apa yang harus dilakukan jika terjadi. Anda mungkin perlu membawa suntikan epinefrin (Adrenal Click, Auvi-Q, EpiPen) untuk perawatan mandiri darurat. Kalau Anda memiliki intoleransi makanan, dokter akant merekomendasikan langkah-langkah untuk membantu pencernaan makanan tertentu atau untuk mengobati kondisi yang menyebabkan reaksi Anda.

Detail isi artikel

  • Beda gejala alergi dan intoleransi makanan
  • Intoleransi makanan
  • Alergi makanan
  • Konsultasikan dengan dokter dan ketahui penanganannya

Artikel Lainnya