
Eksplorasi Bakat Anak
Di hari terakhir Parentstory Festival (13/12/2020), semangat dan antusias para peserta webinar masih terasa. Terlihat dari berbagai pertanyaan yang mereka ajukan selama ‘Webinar: Cara Tepat Eksplorasi Bakat si Kecil’, yang dipandu oleh VP of Marketing Parentstory, Ayunda Shandini. Narasumbernya pun istimewa, yaitu Widi Mulia yang merupakan seorang penyanyi, aktris, dan ibu dari tiga orang anak berbakat, serta Saskhya Aulia Prima, M.Psi, seorang psikolog yang juga co-founder dari rumah konsultasi keluarga Tiga Generasi.
Webinar yang berlangsung selama 1 jam tersebut membahas secara lengkap cara yang paling tepat untuk mengeksplorasi bakat anak-anak. Dengan demikian orang tua dapat memupuk bakat tersebut, agar anak dapat berkembang dan memenuhi potensi yang dimiliki. Hal ini tentu membutuhkan ketelatenan dan konsistensi Anda sebagai orang tua dalam mengarahkan bakat dan minat mereka. Untuk itu, webinar dibuka dengan pemaparan materi dari psikolog, Saskhya, lalu dilanjutkan dengan pengalaman Widi Mulia dalam mengenali bakat dan minat ketiga anaknya. Kemudian, masuk ke sesi yang telah ditunggu-tunggu oleh para peserta webinar, yakni sesi tanya-jawab.
Anak Perlu Eksplorasi untuk Menemukan Minat dan Bakatnya
“Sebelum mulai, saya mau disclaimer dulu, bahwa ketika kita ngomongin tentang bakat dan minat anak, pada rata-rata anak, masih tidak konsisten sampai usia 14-15 tahun. Di usia tersebut, biasanya agak mulai konsisten. Bahkan kalau sekarang, mungkin sampai umur 25 tahun, karena mungkin perkembangan teknologi juga cepat, dan perkembangan anak-anak dalam mempelajari hal baru juga masih berubah-ubah, tapi kurang lebih mirip,” tutur Saskhya ketika membuka materinya. Pada paparannya tersebut dijelaskan, bahwa kebanyakan anak-anak berusia di bawah 14 tahun masih dalam tahap eksplorasi, sehingga anak perlu mencoba berbagai kegiatan untuk tumbuh kembangnya dan menemukan minat serta bakatnya.
Perjalanan untuk menetapkan karier anak di masa depan sangatlah panjang, menurut paparan Saskhya. Ia menyarankan para orang tua dapat mendukung anak-anaknya, terutama di usia balita, untuk mencoba berbagai macam kegiatan dalam menemukan minatnya. Pasalnya, ketika anak mengeksplorasi berbagai kegiatan tersebut, saraf-saraf pada otak anak dapat terkoneksi satu sama lain. “Tidak selalu pada orang tua yang jago main piano, maka sang anak akan jago main piano juga. Anak bisa saja jago di bidang lain. Tujuan eksplorasi bermacam kegiatan itu adalah, agar kita tidak menutup bakatnya yang lain. Bisa saja anak kita multitalenta, tidak hanya punya 1 atau 2 bakat. Jadi, kita perlu memberikan exposure untuk anak bereksplorasi di berbagai jenis bidang. Apalagi, kalau berbicara soal kecerdasan atau talenta itu banyak banget. Dari mulai yang sifatnya akademik, sosial, sampai seni,” ungkap psikolog sekaligus seorang ibu ini. Bila minat berkaitan dengan eksplorasi, bakat berhubungan dengan faktor bawaan atau ‘turunan’ dari orang tua maupun anggota keluarga lainnya. Pada anak yang memiliki bakat pada satu bidang tertentu, maka biasanya ia akan lebih cepat dalam menguasai bidang tersebut.
Perbedaan Minat dan Bakat
Bakat dan minat terlihat mirip, tapi sebetulnya berbeda. Selain itu, ada pula faktor kecerdasan yang berkaitan dengan minat dan bakat seseorang. Berikut penjelasan Saskhya.
1. Minat
Adalah perasaan suka atau tidak suka pada suatu kegiatan spesifik. Saskhya mengemukakan, “Jadi, ada anak yang suka banget main musik atau kalau dengar lagu dia menari. Ada anak yang senangnya coret-coret. Nah, minat ini berubah tergantung exposure lingkungan sekitarnya juga. Seperti, apa yang dikenalkan oleh orang tuanya, yang sedang ia pelajari di sekolah, atau menemukan hal baru yang ia minati dari social media atau platform lain pada anak usia remaja.”
2. Bakat
Merupakan potensi bawaan seseorang untuk dapat menguasai suatu keterampilan tertentu. “Bakat ini sifatnya lebih potensi. Seperti anak-anaknya Mbak Widi, diajarkan sebentar, lalu langsung bisa dan bertambah terus skill-nya. Itu biasanya bakat. Memang sebagian besar itu faktor turunan,” tutur Saskhya. Menurutnya, pada beberapa penelitian mengenai anak dengan bakat-bakat spesifik, biasanya anak tersebut berasal dari keluarga atau orang tuanya yang memiliki bakat serupa. Misalnya, orang tuanya ahli bermain tenis, maka anaknya juga. Ada juga kejadiannya, orang tua dan anak memiliki bakat yang berbeda, dan bakat ini mungkin diturunkan oleh neneknya atau anggota keluarga lainnya.
3. Kecerdasan
Ini adalah kemampuan seseorang dalam beradaptasi, belajar, dan melakukan proses berpikir. Saskhya mengatakan, “Kadang kita menganggap kalau anak cerdas pasti berbakat. Padahal cerdas ini bisa bermacam-macam, seperti cerdas akademik, emosi, sosial, dan sebagainya. Yang dimaksud di sini sebenarnya adalah, kemampuan anak dalam menangkap sesuatu dan ketika ia bertemu masalah, ia bisa memecahkan masalahnya dengan menggunakan kemampuan berpikirnya.”
Tiga hal di atas, menurut Saskhya, adalah hal-hal yang membantu anak untuk mengenali dirinya, menemukan bakat serta minatnya, dan mungkin bila memang sangat berbakat di satu area tertentu, maka itu bisa jadi pilihan kariernya. “Tapi, bisa jadi juga anak punya banyak pilihan lain yang bisa dijalani ke depannya. Sebagai orang tua kita harus dinamis, kita enggak tahu masa depan ini akan menyimpan apa untuk anak-anak kita,” ungkap Saskhya.

Sumber Foto : dok. Instagram @widimulia
Asah Bakat Anak sambil Menikmati Prosesnya
Anda mungkin telah mengetahui karier bermusik dari ketiga anak Widi Mulia, yaitu Dru, Widuri, dan Den Bagus di usia mereka yang masih kanak-kanak. Pada akhir Juli 2020 lalu, mereka bertiga telah merilis sebuah lagu berjudul ‘Jajan’ berserta video klipnya. Di webinar ini, Widi pun berbagi pengalamannya dalam mengasah bakat dan minat ketiga buah hatinya bersama sang suami, Dwi Sasono, hingga dapat berkarya di dunia musik. “Anak-anakku memang dari di perut, di awal kehidupannya, dari masih bayi, sudah terpapar sama segala macam kesenian Ibu dan Bapaknya. Aku percaya reaksi orang-orang di sekitar kami, lalu mereka bisa rasakan atau lihat ekspresi ibunya yang senang banget kalau lagi manggung, lagi nyanyi, dan berinteraksi sama teman musisi atau teman-teman di dunia perfilman. Kurasa, rasa (bahagia) itu yang akhirnya menstimulasi anak-anak untuk tertarik dengan dunia seni ini,” cerita Widi.
Diakui Widi, dalam proses mengasah bakat dan minat ketiga anaknya juga sekaligus mampu mendekatkan mereka sebagai keluarga. Mereka bisa berbagi perasaan dan pendapatnya di bidang yang sama-sama mereka nikmati. Orang tua ikut berproses, dan seluruh keluarga merasakan kebahagiaan selama menjalani proses tersebut. Ini pula yang ditekankan oleh Saskhya. Selama memberikan eksplorasi bakat dan minat anak, orang tua harus bersabar, mau menjalani proses, dan tentunya tidak memaksakan anak. Si kecil harus merasa bahagia dalam mengeksplorasi berbagai kegiatan untuk menemukan bakatnya. “Kalaupun anak belum kelihatan minat dan bakatnya sekarang, siapa tahu kalau kita berikan eksplorasi, anak bisa menemukan enjoyment-nya. Jadi itu yang penting banget kita tanamkan pada anak. Sabar dulu, nanti akan terlihat seberapa dia enjoy dan kemajuannya pada hal yang ia kerjakan itu dibandingkan anak-anak seumurnya,” tutur Saskhya.
Menurut Saskhya, ada beberapa hal yang menentukan bakat anak, yaitu:
- Faktor Genetik. “Tidak bisa dipungkiri, kalau ada bawaan memang lebih cepat anak untuk dia punya bakat itu. Kita lihat dari kecil sensitif sama bunyi, bergerak mengikuti suara, bernyanyi, dan lain-lain,” ucapnya.
- Faktor Stimulasi.
- Diperkenalkan sejak kecil (sekitar usia 2-5 tahun) terutama oleh orang tua yang juga memiliki bakat tertentu. “Biasanya akan cepat banget buat anak nempel dan kelihatan perkembangannya,” tutur Saskhya.
- Ada contoh atau teladan dalam melakukan suatu keterampilan, bisa dari orang tuanya, dan bisa juga orang lain atau media lainnya.
- Proses latihan konsisten. “Kalau kita lihat anak melakukan sesuatu satu kali dia suka, berikutnya juga suka, bisa kita latih terus. Ketika memang itu bakatnya dan minatnya, meskipun masih kecil banget, somehow dia bisa catch up dengan cepat. Tapi mungkin, kalau dia minat saja, hanya senang melakukannya, belum tentu ada kemajuan dengan cepat. Nanti bisa saja di tengah jalan minatnya berubah dan pindah ke bidang lain, dan mungkin jalannya ada di situ. Sabar saja, karena ini akan sampai usia remaja nanti itu masih panjang banget,” pungkas Saskhya
Untuk mengasah minat dan bakat anak, lakukan ‘LATIHAN’
- Lihat dan observasi.
- Ajak si kecil eksplorasi.
- Terus berlatih secara konsisten dan perlahan.
- Ikut dalam proses latihan.
- Hati-hati dengan ekspektasi, jangan samakan anak Anda dengan anak lainnya.
- Amati perasaan si kecil, sebahagia apa melakukan ekplorasi yang orang tua berikan.
- Nikmati prosesnya, karena setiap anak berbeda.
Detail isi artikel
- Anak Perlu Eksplorasi untuk Menemukan Minat dan Bakatnya
- Perbedaan Minat dan Bakat
- 1. Minat
- 2. Bakat
- 3. Kecerdasan
- Asah Bakat Anak sambil Menikmati Prosesnya
Artikel Lainnya
Inspirasi Liburan
Tips Umrah Mandiri bersama Anak: Perjalanan Iman dan Kebersamaan Keluarga
Rekomendasi
Swimming 101: Panduan Renang untuk Anak yang Aman dan Menyenangkan
Rekomendasi
8 Trik Merancang Ruang Belajar yang Nyaman di Rumah
Rekomendasi
Suplemen untuk Menjaga Imun dan Nafsu Makan Anak Andalan Para Ibu
Tanya Ahli
Pertolongan Pertama Ketika Gigi Anak Patah
Tanya Ahli
Deteksi Dini Kanker Serviks
Ide Stimulasi
Mengenal Stimulasi Anak dengan Bermain
Ide Stimulasi
Cara Tepat Eksplorasi Bakat si Kecil